Kamis, 20 Januari 2011

Hati Nurani

Godaan dan tantangan hidup di dunia kita rasakan semakin banyak dan berat. sudah terlalu banyak orang yang tergelincir dari jalan yang benar, lalu mereka menempuh jalan yang bathil karena tidak mampu menghadapi tantangan dan godaan hidup. semakin banyaknya kemaksiatan yang dilakukan manusia sekarang ini menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi godaan dan tantangan hidup. potensi yang baik dan buruk memang ada pada diri setiap manusia, oleh karena itu, tinggal manusianya yang harus menentukan apakah akan menjaga kesucian dirinya atau justru mengotorinya dengan sejumlah dosa. Allah SWT berfirman :

ونفس وما سواها . فألهمها فجورها وتقواها . قد أفلح من زكاها. وقد خاب من دساها

Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa tersebut jalan kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Syams : 7-10)

Setiap kita harus dapat menjaga kesucian diri dengan cara banyak beramal saleh dan meninggalkan segala bentuk yang salah, meskipun kita terkadang ingin melakukan yang salah tadi karena terpengaruh oleh duniawi.

Ketika kita akan melakukan suatu perbuatan, sebenarnya ada sesuatu dalam diri kita yang selalu terlibat, bila perbuatan yang akan atau sedang kita lakukan itu benar, sesuatu dalam diri kita tadi akan mengiringi, menyertai, mendukung. bahkan akan memuji kita bila tindakan itu berhasil. sebaliknya, bila tindakan yang akan atau sedang kita lakukan itu salah dia akan mengganjal kita lalu meninggalkan kita. dan apabila perbuatan salah tadi itu selesai dia akan datang dengan makian, cercaan kepada kita sehingga kita menyesal karena perbuatan tadi.

Pembaca sekalian, tentu jama'ah sudah tahu apa yang dimaksud dengan sesuatu tadi, dia adalah HATI NURANI atau kita sebut dengan DLAMIR.

Dalam banyak hal, setiap muslim dituntut untuk mengikuti suara hati nuraninya dan menekan hawa nafsunya. karena hati tidak tak pernah bohong dan selalu memberikan kesaksian sejati tentang benar atau tidaknya suatu perbuatan yang kita lakukan. Namun sayangnya, justru kata dan suara hati inilah yang paling sering diabaikan manusia. Karena itu seseorang yang melakukan dosa biasanya secara sadar telah melawan hati nuraninya sendiri. Jika hatinya masih hidup, bersih, dia akan membisikan bahwa perbuatan yang akan atau sedang dilakukannya adalah dosa. Namun bila hatinya telah kotor, mati maka kemampuan kontrolnyapun melemah. Teguran/bisikan hati ini biasanya diiringi rasa malu, atau enggan jika perbuatannya diketahui oleh orang lain. Rasulullah bersabda:

البر حسن الخلق والإثم ما حاك فى صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس

Kebajikan itu adalah keluhuran akhlak sedangkan dosa adalah apa yang dirimu merasa ragu dan kamu tidak suka jika orang ,ain menghetahuinya. (HR. Muslim)

Dalam taraf tertentu hati manusia bisa kotor, rusak dan mati, itu dikarenakan banyaknya dosa-dosa yang telah diperbuat. keadaan hati yang demikian itu sangat memprihatinkan karena sering kali membelenggu jiwa pemiliknya dalam penjara kesesatan dan kedurhakaan kepada Allah SWT.

Dari seorang Tabi'in imam Hasan Al Bashri- kita mendapat nasehat;

Sesungguhnya kerusakan hati manusia itu disebabkan enam perkara : 1). mereka sengaja berbuat dosa dengan harapan dapat bertaubat. 2). mereka menuntut ilmu tetapi tidak mengamalkannya. 3) jika mereka mengamalkan ilmunya mereka tidak ikhlas. 4). mereka mendapat rizki dari Allah tetapi mereka tidak bersyukur. 5) mereka tidak rela/puas dengan pemberian Allah. 6) mereka mengebumikan orang mati tetapi tidak mengambil pelajaran daripadanya.

Orang yang hatinya kotor tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyaring antara yang hak dan bathil. orang yang hatinya mati dia akan jahil, bodoh baik dalam mengenal dirinya sendiri, lebih-lebih dalam mengenal Allah Azza wa jalla, Zat yang telah menyempurnakan kejadiannya dan pula mengurus tubuhnya lebih daripada apa yang bisa ia lakukan terhadap dirinya sendiri. padahal tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini, kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya.

Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal dirinya dengan baik karena hatinya mati, tidak akan tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini. Demikianpun, karena tidak mengenal Rabnya, maka hampir dapat dipastikan kalau yang dikenalnya hanyalah dunia saja, dan itupun sebagaian kecil belaka. Akibatnya, semua kalkulasi perbuatannya, tidak bisa tidak, hanya diukur dengan aksesoris keduniaan. Dia menghargai orang semata-mata karena orang tersebut tinggi pangkat dan jabatannya, ataupun banyak hartanya. Demikian pula dirinya sendiri merasa berharga di mata orang lain, itu karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi dibandingkan dengan orang lain meski ia sendiri tidak peduli dari mana dan pergi kemana harta yang ia peroleh.

Ajaran islam datang untuk mensucikan hati kita, menjaganya agar selalu berfungsi, bercahaya. Seorang mukmin bukan tidak pernah berdosa, akan tetapi selalu menghindar dari dosa. seorang mukmin tidak pernah menganggap enteng atau meremehkan dosa sekecil apapun karena ia tahu bahwa dosa itu dilakukan kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang kepadanya. dia akan menangisi dosanya sebagaimana dia menangis karena takut dimasukkan ke dalam neraka jahannam.

Beruntunglah kita bila kita dikaruniai kekayaan berupa harta yang banyak, akan tetapi yang harus kita utamakan dalam menjaganya adalah kekayaan bathin berupa hati nurani/dlamir ini. hati nurani yang penuh cahaya kebenaran akan membuat pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan merasakan kedekatan dengan Allah Azza wa jalla.

Bagaimana menjaga hati agar tetap suci, bersih, bercahaya? kita tahu bahwa Allah menciptakan manusia dari unsur tanah; bila perut terasa lapar, maka kita santap aneka makanan yang sumbernya dari tanah. bila tubuh kedinginan, kita mengenakan pakaian, yang bila kita telusuri, ternyata unsur-unsurnya dari tanah juga. Demikian pula bila kita sakit, katapun minum obat-obatan yang juga diolah komponen-komponen yang berasal dari tanah. pendek kata, untuk segala keperluan tubuh kita mencarikan jawabannya dari tanah. lalu bagaimana dgn hati kita? ternyata ia tidak senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga hanya akan terpuaskan laparnya, bersihnya, sakitnya semata-mata dengan mengingat Allah. Alaa bizikrillah tatma'innul quluub.

Mari kita jaga hati kita dengan berjuang sekuat-kuatnya agar hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat Allah. kita mulai dengan mengenali siapa diri kita. kita belajar ilmu dan hikmah, kita amalkan sekecil apapun ilmu yang kita peroleh dengan penuh keikhlasan. kita belajar untuk menerima dengan qona'ah apapun yang Allah berikan kepada kita, bersyukur tatkala mendapat karunia, bersabar dalam melakukan ketaatan, bersabar dalam meninggalkan maksiat dan bersabar ketika mendapat mushibah. dan yang tidak kalah penting lagi, untuk menjaga agar hati nurani kita bercahaya, mari kita belajar dari kematian, suatu saat kelak kita akan menemui ajal kita, meninggalkan segalanya yang kita miliki di dunia ini dan hanya membawa amal saleh kita.

يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar